RKU FM – Direktur The SMERU Research Institute, Widjajanti Isdijoso mengatakan, bahwa Kabupaten Kayong Utara punya prospek pertumbuhan ekonomi cukup bagus untuk kedepannya.
Menurut dia, Kabupaten Kayong Utara ini kaya akan sumber daya alamnya dan akses kelembagaan keuangan juga berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi.
“Jadi kita fokusnya di perkembangan ekonomi dan prospek pengembangan ekonomi di masa yang akan datang,” ujar Widjajanti.
Widjajanti menuturkan, hal yang utama guna mengembangkan ekonomi di Kayong Utara, yakni melalui akses infrastruktur, karena infrastruktur itu mempunyai multiplayer efect yang besar.
“Kalau infrastrukturnya tidak tersedia tentunya menghambat ekonomi juga, menghambat terhadap akses pelayanan publik juga,” tuturnya.
Selain infrastruktur, lanjut Widjajanti, yang utama untuk jangka menengah itu adalah sumber daya manusia karena dari angka rata-rata tamat sekolah dan angka harapan tamat sekolah di Kayong ini relatif rendah tapi sebenarnya tidak merata.
“Kita melihat dari beberapa daerah khususnya dibeberapa sektor, pendidikannya relatif rendah. Kalau kita lihat, pendidikan terakhir dari penduduk 15 tahun keatas yang bekerja yang lulusan SMA atau lebih itu sangat rendah itu di sektor pertanian dan perikanan,” kata dia.
“Ini akan mempengaruhi inovasi-inovasinya di bidang pertanian dan perikanan jadi beda kalau pendidikannya rendah,” timpalnya.
Hambatan ini, tentu juga akan menjadi salah satu faktor dalam jangka waktu menengah yang bisa meningkatkan ketimpangan.
“Kalau berkaitan dengan IPM itu bisa agak jauh karena itu bisa berpengaruh kepada aspek penghasilan (income), tetapi kalau ini ada masalah dengan ketimpangan kepemilikan lahan akan ada masalah di jangka menengah dengan ketimpangan pendapatan masyarakat,” jelasnya.
Untuk itu, pihaknya merekomendasikan perlunya peningkatan kesadaran untuk kepemilikan sertifikat lahan, karena banyak lahan di daerah Kayong Utara itu sebetulnya kepemilikannya sudah kepemilikan individual tetapi mereka tidak memiliki sertifikat dan masyarakat pun belum merasa perlu untuk mengurus sertifikat.
“Ini tentunya akan berpengaruh pada inklusifitas keuangan, bahwa akses terhadap kredit itu masih sangat rendah untuk di Kayong Utara ini. Kalau mereka tidak memiliki sertifikat lahan akan sulit mengakses ke kredit perbankan,” tutup Widjajanti. (kang)