Idul IdulRKU FM – Sejumlah harga bahan pokok (bapok) di wilayah Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara mengalami kenaikan menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri tahun 2022.
Kenaikan sejumlah bapok itu terjadi di beberapa pasar-pasar tradisional di wilayah Sukadana, Kabupaten Kayong Utara.
Berdasarkan pantauan LPPL RKU, di Pasar Simpang Empat dan Pasar Gang Gemuruh, Kecamatan Sukadana, pada Senin (25/4/22), harga bawang putih, bawang merah, tomat, kentang, kubis (kol), dan cabai tidak mengalami kenaikan signifikan.
[irp]
Marzuki (39) seorang penjual di Pasar Simpang Empat Sukadana, mengatakan bahwa harga bawang merah naik dari Rp35.000 menjadi Rp 38.000/kilogram. Bawang putih dari Rp32.000 menjadi Rp35.000/kilogram.
Sedangkan, tomat sebelumnya Rp18.000/kilogram naik menjadi Rp20.000/kilogram. Sementara kentang dan kol dari harga Rp16.000/kilogram naik menjadi Rp18.000/kilogram.
Marzuki mengakui meski harga sejumlah bahan pokok meningkat namum minat pembeli masih stabil.
“Biasa dua atau tiga hari sebelum lebaran penjualan baru meningkat. Mungkin karena dekat lebaran, tapi biasanya harga akan kembali normal setelah lebaran ke tujuh,” kata Marzuki di Sukadana, Senin (25/4/22).
[irp]
Hal senada juga disampaikan David selaku pedagang di Pasar Gang Gemuruh Sukadana. Ia mengatakan bahwa saat ini harga perkilogram bahan pokok di lapak dagangannya juga sudah mengalami kenaikan mulai dari bawang merah, bawang putih hingga minyak goreng.
“Harga bawang merah dan bawang putih sama, 35 ribu perkilogram, cabai 90 ribu dari sebelumnya 80 ribu perkilogram. Sedangkan tomat jual 20 ribu perkilogram, kol sekarang 20 ribu sebelumnya 17-18 ribu perkilogramnya, dan minyak goreng (kemasan) diecer 25 ribu,” kata David.
Menurut dia, kenaikan harga ini disebabkan faktor biaya transportasi karena stok yang Ia peroleh berasal dari luar daerah.
“Kalau dari Pontianak ngambil bawa kesini kan itu perhitungannya ada di ongkos jalan, misal kalau pakai mobil itu perlu bahan bakar minyak,” ucapnya.
[irp]
Pria 30 tahun itu pun berharap, harga bahan pokok ini bisa diangka stabil karena dikhawatirkan pedagang akan merugi apabila harga mahal.
“Kalau bisa harga diturunin, kita juga kasihan sama pembelinya juga, nanti dibilang mahal kita juga yang rugi kan tidak laku, putaran kurang cepat. Selain itu, nanti pembeli bisa pindah ke lain, kita kan tidak tahu pedagang disini ada agen masing-masing. Kalau bisa di stabilin saja,” harap David. (kang)