RKU FM – Sebanyak dua wartawan Lembaga Penyiaran Publik Lokal Radio Kayong Utara (LPPL RKU), yakni Nur Muhammad Falih dan Suhartono ikuti pelatihan yang diadakan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ketapang, pada Selasa 17 Oktober 2023.
Pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari sejak hari Selasa 17 Oktober 2023 hingga Rabu 18 Oktober 2023 ini, juga diikuti para wartawan media massa Kabupaten Kayong Utara, Ketapang, Kubu Raya, dan Kota Pontianak.
Dalam agenda ini para peserta pelatihan (wartawan) diberikan pembekalan oleh sejumlah pemateri tentang pengetahuan, teori jurnalistik dengan harapan dapat meningkatkan peran media mitigasi (upaya pencegahan) karhutla dan bencana.
Bahkan, melakukan kunjungan lapangan ke salah satu daerah di Kabupaten Ketapang untuk mengikuti kegiatan The Power of Mama dalam melakukan patroli karhutla dan kemudian dilanjutkan ke camp Sungai Deras untuk melihat bagaimana tim restorasi YIARI melakukan pekerjaan mereka dalam merestorasi hutan yang terdampak karhutla.
Direktur YIARI Ketapang, Karmele Liano Sanchez menyampaikan 90 persen lebih di Kabupaten Ketapang kasus kebakaran terjadi karena di sengaja. Untuk itu, ia mengajak masyarakat harus berhenti membakar lahan/hutan karena akan menjadi masalah komplek, baik dampak ekonomi hingga dampak kesehatan sehingga menjadi perhatian bersama.
“Kalian media punya power, memberikan satu kesadaran kepada masyarakat dan memberikan penjelasan kepada masyarakat bagaimana kebakaran itu bukan suatu kejadian yang alami,” kata dia.
Sementara itu, melihat karhutla dari dampak kesehatan perempuan dan anak menurut dr. Simon Yosonegoro Liem, Sp.MK selaku Kepala Laboratorium Mikrobiologi RSUD dr. Agoesdjam Ketapang menjelaskan karhutla dapat menularkan mikroba seperti jamur aspergillus (aspergilloses), jamur coccidioides ssp (coccidioidomycosis), dan jamur lainnya.
Ia mengatakan bahwa mikroba dari hasil kasus kebakaran hutan tersebut dapat bertahan hidup di media yang bersentuhan dengan manusia, bahkan bisa menyebabkan alergi apabila menempel dan terhirup ke dalam tubuh manusia.
“Pelepasan energi selama kebakaran hutan bervariasi dalam ruang dan waktu, biota skala mikroskopis, mengalami heterogenitas dalam perpindahan panas dan dapat menghindari suhu tinggi yang menyebabkan kematian,” paparnya.
Tak hanya itu, beberapa spesien juga tahan terhadap panas dan karbon pirogenik yang dihasilkan kebakaran hutan menyediakan habitat sementara bagi mikroba tanah.
“Uap yang terbentuk akan membatasi pengeringan mikroba,” ujarnya.
Dikesempatan sama, Ketua Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Kalimantan Barat, Rendra Oxtora mengajak wartawan untuk lebih mengutamakan isu upaya pencegahan dan edukasi terhadap kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat.
“Buatlah berita penanggulangan, pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Apa sih yang harus dibuat pemerintah untuk melakukan pencegahan. Bukan lagi pemberitaan yang telah terjadi kebakaran. Angle-angle itu yang harus diperbanyak kedepannya” jelasnya.
Selain itu juga, wartawan Antara Pontianak itu berpesan kepada para awak media dalam melakukan liputan bencana untuk mengutamakan keselamatan diri dalam melakukan peliputan seperti memakai APD saat turun ke lokasi bencana.
“Yang perlu kita lakukan juga harus mengutamakan jurnalisme sensitif bencana, pemberitaan yang mendorong rehabilitasi. Serta menghindari pemberitaan yang berpotensi menimbulkan traumatik,” tambahnya.
Kata dia, isu edukasi masyarakat seperti dampak jika terjadi kebakaran hutan dan lahan serta pemberitaan tentang pemberdayaan masyarakat harus sering dibuat oleh wartawan kedepannya.
“Misalnya pemberitaan pemanfaatan lahan gambut untuk lahan pertanian. Jangan sampai banyak lahan kosong justru menjadi bencana untuk kita,” kata Rendra.
Adapun pemateri pelatihan, diantaranya Ketua Aliansi Jurnalis Ketapang (AJK), Theo Bernardi, dr. Eva Lydia Ingan Riantaras Munthe, Sp.P Spesialis Penyakit Paru, dr. Simon Yosonegoro Liem, Sp.M Kepala Laboratorium Mikrobiologi RSUD dr. Agoesdjam, Ichwan Susanto Redaktur Kompas, dan Rendra Oxtora Ketua AJI Pontianak. (kang)