RKU FM – Bupati Citra Duani menghadiri acara Diseminasi Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif (IPEI) guna menuju pembangunan ekonomi inklusif di Kabupaten Kayong Utara, yang dilaksanakan Deputi Ekonomi Kementerian PPN Bappenas bekerjasama dengan The SMERU Research Institute bertempat di Hotel Mahkota Kayong, Sukadana, pada Rabu (20/7/22).
Dalam sambutannya, Bupati Citra Duani menyampaikan tentang kondisi dan pembangunan saat ini, yang berkaitan dengan hasil dari riset The SMERU Research Institute yang dilakukan di Kayong Utara.
“Banyak manfaat besar bagi Kayong Utara terkait research dari SMERU, kita bisa tahu kekurangan, kelebihan, peluang, tantangan, hambatan di Kayong Utara,” ujar Citra.
Menurut Bupati, beberapa hambatan masih dirasakan Kabupaten Kayong Utara terutama di sektor transportasi darat dan air sehingga dibutuhkan saran dan masukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kayong Utara.
“Karena kondisi di Kayong Utara memang segi transportasi darat, laut, memang banyak mengalami permasalahan untuk kelancarannya,” paparnya.
Selain itu, hal yang mendasar dalam pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kayong Utara di dominasi terbatasnya sarana transportasi serta infrastruktur jalan yang relatif banyak yang rusak berat.
“Kemudian akses ke daerah kepulauan yang kurang memadai dan akses telekomunikasi yang masih banyak blind spot,” ungkap Citra.
Untuk itu, kata Citra, diharapkan adanya kerjasama antara Pemerintah Daerah dan The SMERU Research Institute guna memberikan dampak baik dalam segi ekonomi dan indeks pertumbuhan manusia (IPM) yang baik kedepannya untuk Kayong Utara.
“Dengan adanya ini, suatu masukan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi kemudian IPM dan seterusnya,” ucap Citra.
Disisi lain, Bupati Citra berharap Kayong Utara yang hanya 42% di luar lahan konservasi, masyarakat bisa berinovasi secara kreatif dalam pengelolaan sumber daya alam yang ada.
“Jadi tantangan dan hambatan itu kita jadikan peluang, sehingga lahan-lahan tidur kita daya gunakan, kita manfaatkan, dengan mendorong partisipasi masyarakat. Jadi dengan hambatan konservasi Taman Nasional yang hanya 42% sisanya, bisa kita budidaya gunakan,” terangnya. (Tono)