RKU FM – Memasuki musim kemarau saat ini kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kerap terjadi di sejumlah wilayah salah satunya di Kabupaten Kayong Utara.
Berdasarkan data penanganan bencana kebakaran hutan dan lahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kayong Utara per bulan Januari hingga awal Agustus 2023, setidaknya ada enam kasus kebakaran lahan yang melanda daerah itu.
Keenam kasus tersebut terjadi di Dusun Sungai Mengkuang, Desa Pangkalan Buton, Kecamatan Sukadana pada 13 Januari 2023 dengan area/lahan yang dipadamkan kurang lebih 0,6 hektar.
Kemudian, pada tanggal 28 Juni 2023 terjadi kebakaran lahan di Desa Banyu Abang, Trans SP3 TR15, Kecamatan Teluk Batang seluas kurang lebih 2,5 hektar.
Selanjutnya tepat selang satu bulan kemudian 28 Juli 2023, kembali terjadi kebakaran lahan di Desa Banyu Abang, Kecamatan Teluk Batang tepatnya di UPT 9 dengan area/lahan yang berhasil dipadamkan seluas kurang lebih 2 hektar.
Satu hari berikutnya tepat pada tanggal 29 Juli 2023 kembali ditemukan lokasi kebakaran lahan. Kali ini berada di Desa Harapan Mulia, Kecamatan Sukadana kurang lebih 1 hektar area/lahan yang berhasil dipadamkan.
Kemudian pada tanggal 31 Juli 2023, kebakaran lahan kembali terjadi di Kecamatan Sukadana tepatnya di Dusun Tanjung Gunung, Desa Sejahtera kurang lebih 0,396 hektar area/lahan yang berhasil dipadamkan.
Dan terkahir, kebakaran lahan seluas 7,9 hektar berhasil dipadamkan oleh unsur yang terlibat berada di Desa Sungai Mata-Mata Trans SP 3, Kecamatan Simpang Hilir pada 1 Agustus 2023.
“Untuk lokasi sama yang terjadi kebakaran lahan lebih dari satu kali juga termasuk dalam catatan jumlah kejadian seperti Mentubang dan Trans Mata-Mata (Trans Kebace) sehingga dalam laporan termasuk dalam jumlah kejadian selama rentang waktu yang dicatat,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kayong Utara, Rahadi saat ditemui di ruang kerjanya di Sukadana, Kamis 3 Agustus 2023.
Rahadi mengungkapkan beberapa kasus kebakaran yang terjadi di wilayah Kabupaten Kayong Utara disebabkan cuaca panas sehingga berpotensi terjadinya kebakaran sangat tinggi.
“Dari beberapa kasus kebakaran ini terjadi di daerah yang sulit dijangkau dan kalau kita lihat lokasi ada beberapa titik yang memang tidak jauh dari lokasi ada lahan warga dan ada juga berdampingan dengan area lahan perusahaan,” ungkap Rahadi.
Lebih lanjut, ia menjelaskan rata-rata lahan yang terbakar ada kebun seperti sawit dan lahan masyarakat yang berbatasan dengan kebun sawit. Namun, untuk lahan di area perusahaan sejauh ini pihaknya belum menemukan kasusnya.
“Rata-rata kasus kebakaran yang terjadi ada di lahan berbatasan dengan kebun sawit perusahaan, kawasan perusahaan belum ada ditemui karena ada parit besar. Selain itu, mereka juga dilengkapi dengan sarana dan prasarana memadai, hingga sampai saat ini aman,” terangnya.
Terkait penanganan di lapangan, diakui Rahadi, petugas seringkali menemukan kendala baik itu lokasi yang jauh di jangkau dan sarana dan prasarana yang kurang memadai. Sementara untuk personil, pihaknya merasa cukup dengan skala yang pernah terjadi kasus kebakaran.
“Sejauh ini kendala yang kita hadapi di lapangan adalah keterbatasan sarana dan prasarana. Kita kekurangan armada kalaupun ada kondisinya sudah tua, selain itu peralatan sebelum sampai lokasi harus membetulkan dulu sebelum kita melakukan respon itu,” ujar Rahadi. (kang)